Rendah Hati, supaya jadi Sahabat Anak
Tahun 2011, saya isteri dan anak mengambil program konseling, dalam arti kami menjadi pasien. Keluarga kami baik-baik dan bahagia, anak-anak pintar dan mendapat beasiswa. Keluarga kami terbuka baik keuangan, hp, internet, laptop, facebok saling tahu password. Anak kami SMA bertanya ke isteri saya; “Apa mama pernah bertengkar dengan papa?” “Kenapa tanya demikian?” “Aku ndak pernah lihat”. Jadi keluarga saya cukup bahagia bahkan menjadi teladan bukan? Sayapun menulis banyak buku keluarga dan pembicara masalah keluarga.
Awal 2001, saya ambil program konseling keluarga, maksud saya bukan saya belajar ilmu konseling, tetapi saya mendaftarkan diri sebagai ‘pasien’ untuk ikut program konseling, untuk saya, istri dan anak. Waktu saya bercerita begini, jemaat ada yang nanya; “Lho Pak jarot punya masalah apa? Saya pikir keluarganya hebat banget”. Jawab saha; “Ha ha ha... untuk konseling tidak harus punya masalah berat, tetapi harus punya kerendahan hati” “Perusahaan yang untungnya 100 milyar, panggil konselor, mentor atau konsultan, misal Anthony Robin suaya untungnya 200 milyar. Mereka tidak menunggu bangkrut dan baru konsultasi. Itulah pikiran, paradigma orang-orang yang mau maju dan lebih maju lagi, bergairah untuk menjadi yang terbaik, extra ordinary spirit atau spirit of excellence dan kuncinya, RENDAH HATI”
Maka sayapun mengikuti program konseling, dan sengaja memilih psikolog, karena dia bisa menjelaskan secara ilmiah, sistematis, sebab akibat masalah emosi dan perilaku, serta penangannya. Alasan kedua, kalau dari sisi theologis, saya sudah tahu banyak hal, maka saya tidak ke Hamba TUHAN. Nah... banyak bukan suami anda atau anak anda tidak mau diajak konseling? Rasanya menjadi seperti pesakitan jika harus ke psikolog, konselor atau hamba TUHAN? Saya ingin mendorong anda, kalau saya saja yang cukup bahagia mau konseling, maka andapun bisa melakukan hal yang sama. Anda bisa memilih dengan gembala, hamba TUHAN tamu yang datang, konselor atau psikolog, dan datang dengan hati terbuka, rendah hati untuk mau menerima masukan.
Musuh pemulihan, musuh kemajuan adalah congkak, sombong, tidak mau mendengar, bahkan Firman TUHAN berkata, itu termasuk salah satu dari tujuh hal yang dibenci TUHAN. Orang tua yang demikian diberontak anak-anaknya, dan anaknya bermasalah dan sulit mengalami perubahan. Perubahan anak akan terjadi jika ada perubahan orang tua.
Saya berikan sedikit kesaksian, hasil konseling kami,dan akan saya sambung dalam edisi-edisi selanjutnya. Saya tahu keluarga saya cukup bahagia dan menjadi teladan, tetapi saya ingin lebih maksimal. Anak saya sudah remaja semua, nomor 1 dan 2 sudah mendapat beasiswa penuh di Singapura, anak ketiga, masih bersama kami. Saya serta istri, ingin lebih dekat secara psikologis dengan dia, untuk itulah kami konseling, bagaimana menjadi teman akrab bagi anak remaja.
Kenapa saya katakan harus rendah hati? Ketika kami sekeluarga konseling, maka sayalah sebagai ayah, sebagai kepala keluarga yang harus bertobat dan berubah terlebih dahulu. Lho kenapa saya, kenapa bukan anak saya, saya khan tidak ada masalah? Perilaku anak, salah satunya bisa disebabkan karena masalah emosi akibat sikap, perkataan dan perilaku orang tua atau ayahnya.
Saya selama ini hidup sangat sederhana, tentang mobil, baju, jam, hp dan barang2 yang saya pakai. Karena saya mau ‘menyenangkan TUHAN’. Tetapi saya tidak sadar, bahwa anak saya paling kecil menjadi tidak bangga dengan bapaknya karena bapaknya ‘jadul’. Jadi selama ini ia lebih senang diantar istri saya jika pergi ke Mall atau ke rumah teman, maka ‘jarak psikologis’ kami menjadi jauh.
Saya harus merubah gaya hidup, kalau tadinya begitu getol pakai batik, baju formal, dengan citra ‘hamba TUHAN’, sekarang saya harus lebih gaya, pakai jeans, baju kotak-kotak, hp baru supaya lebih ‘keren’ sebagai seorang ayah yang diabnggakan anaknya ditengah teman-teman gaul di zaman yang memang berbeda dengan yang kita harapkan dan pikirkan.
Saya sekarang hidup, dengan pikiran, bukan hanya bagaimana ‘menyenangkan TUHAN’, tetapi juga bagaimana ‘menyenangkan hati anak’. Kita tidak boleh memaksakan citra kita atau konsep kita kepada anak-anak, tentang apa yang harus mereka pakai atau lakukan, sebaliknya, kita boleh menyesuaikan dengan mereka, untuk menjadi sahabat mereka.
Bergabunglah ke group maupun wall/ komunitas facebook dengan nama INSPIRASI MENDIDIK ANAK, untuk tips-tips lainnya. Sekarang tersedia puluhan episode Video Streaming yang bisa di lihat di YOU-TUBE, dengan nama Inspirasi Jarot Wijanarko, GBU www.thehappyholykids.com